Kamis, 31 Januari 2013
PENTINGNYA PENGELOLAAN ARSIP MENGGUNAKAN SISTEM OTOMASI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke
hadapan hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat penyertaan-nya sehingga
pemulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.
Selain itu juga penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada Bapak dosen pengajar yang telah membekali penulis
sesuai dengan disiplin ilmu Administrasi
Publik dan juga senantiasa memberikan semangat dan motivasi kepada penulis
selama proses belajar mengajar berlangsung.
Makalah ini tentunya tidak terlepas
dari kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan penulis. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Denpasar,
16 Januari 2013
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara etimologi arsip
berasal dari bahasa yunani kuno archeion yang merupakan perkembangan dari kata
arche yang memiliki arti bervariasi, misalnya permulaan, asal, tempat utama,
kekuasaan, kedaulatan, kehakiman, dan kantor. Dari kata tersebut terbentuklah
kata jadian archaios yang berarti kuno, archeion yang berarti gedung pemerintah
yang selanjutnya melahirkan kata archivum (Latin), archive (Inggris), archief
(Belanda) dan dalam bahasa Indonesia menjadi kata arsip[1][1]
Pengertian arsip dalam
Penjelasan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No 34/1979 tentang Penyusutan Arsip, meliputi tiga pengertian yaitu:
1. kumpulan naskah/dokumen yang disimpan
2. Gedung (ruang) penyimpanan kumpulan
naskah/dokumen
3.
organisasi atau lembaga yang mengelola dan
menyimpan kumpulan naskah/dokumen.
Pengertian arsip dalam
Peraturan Pemerintah ini adalah naskah atau kumpulan naskah atau dokumen yang
disimpan sebagaimana termaktub dalam Undang Undang No 7/1971 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Kearsipan pasal 1, bahwa yang dimaksud arsip yakni :
1. Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh
Lembaga-Lembaga Negara dan Badan Badan Pemerintahan dalam bentuk corak apaun
baik dalam keadaan tunggal/berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kegiatan
pemerintahan
2. Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh
Badan Badan Swasta dan / atau perorangan, dalam bentuk corak apapun, baik dalam
keadaan tunggal/berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan.
Adapun dalam perwujudannya dapat berupa tulisan, cetakan, gambar, peta,
piringan suara, pita kaset, film dsb.
Jika mengacu pada pengertian
arsip di atas, maka segala sesuatu yang dihasilkan oleh sebuah lembaga yang
berbentuk naskah baik karena di buat oleh lebaga tersebut karena harus
menjalankan tugas dan fungsi sebagai sebuah lembaga ataupun diterima karena
harus berhubungan dengan lembaga yang lain, maka semua itu dapat disebut dengan
arsip.
Arsip berarti juga sesuatu
yang tanpa mempedulikan jaman dan bentuknya, di antara segala informasi yang
dicatat oleh manusia, informasi yang memiliki nilai sejarah atau budaya dan
dipandang perlu untuk disimpan sebagai data sejarah atau sekadar perlu untuk
disimpan[1][2]. Pengertian
ini merupakan pengertian arsip secara umum yang tidak memperdulikan lagi bentuk
arsip secara fisik misalnya arsip dalam bentuk kertas, warkat, benda-benda
purbakala dan lain sebagainya dan juga waktu dibuatnya
kolektif bangsa atau lembaga
yang dapat dijadikan sebagai bahan bukti pertanggungjawaban di masa kini atau
mendatang.
Arsip menjadi bukti otentik
mengenai penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan kelembagaan yang
merupakan bagian dari kehidupan berkebangsaan. Oleh karena itu arsip yang tersimpan
di lembaga kearsipan baik pusat atau daerah dan
lembaga-lembaga/instansi-instansi pemerintahan harus dikelola dengan baik
melalui pemeliharaan dan perawatan yang tepat sehingga keberadaan arsip dapat
dipertahankan selamanya mengikuti daur hidup arsip.
Oleh
sebab itu, pemeliharaan dan perawatan arsip harus senantiasa dilaksanakan oleh
lembaga arsip maupun lembaga pencipta arsip, namun tentu saja hal itu tidak
bernilai guna apabila pengelolaanya tidak profesional. Dengan
penataan/pengelolaan yang profesional maka arsip sebagai bahan penyaji
informasi dan bukti otentik sebuah lembaga dapat ditemukan dengan cepat dan
mudah.
Untuk meningkatkan pemahaman mengenai kearsipan
dibidang sistem administrasi, dalam makalah ini akan dibahas tentang pokok
masalah tentang kearsipan, yaitu bagaimana penemuan kembali arsip dan bukan
pada bagaimana penyimpanannya. Informasi yang tertulis disimpan untuk kemudian
dipergunakan pada waktu yang akan datang. Menyimpan informasi tertulis dengan
baik adalah penting sedangkan menemukan kembali dengan segera adalah vital.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1.
Sebagai salah
satu persyaratan untuk menempuh mata kuliah Administrasi Publik
2.
Memahami
dan memecah permasalahan yang terjadi pada sistem kearsipan yang ada saat ini.
PEMBAHASAN
1.1Permasalahan Kearsipan
Sampai saat ini tampaknya masalah kearsipan masih kurang
mendapat perhatian yang semestinya oleh berbagai instansi (baik pemerintah
maupun swasta). Kurangnya perhatian terhadap kearsipan tidak hanya dari segi
pemeliharaan dan pengamanan arsip, tetapi juga dari segi sistem filing-nya,
sehingga mengakibatkan arsip sulit ditemukan kembali apabila sewaktu-waktu diperlukan. Masalah arsip bersifat dinamis
karena arsip akan terus berkembang seirama dengan perkembangan organisasi atau
lembaga yang bersangkutan. Bertambahnya arsip secara terus-menerus tanpa
diikuti dengan tatakerja dan peralatan/fasilitas kearsipan serta tenaga ahli
yang profesional dalam bidang kearsipan akan menimbulkan masalah tersendiri.
Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan
di bidang kearsipan secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut.
1.
Temu kembali arsip secara cepat dan tepat
jika diperlukan kembali, baik oleh pimpinan organisasi yang bersangkutan maupun
oleh organisasi lainnya seringkali belum dapat dilakukan dengan baik.
2.
Banyak lembaga yang kehilangan arsip
sebagai akibat dari sistem penyimpanan yang kurang sistematis, sistem
pemeliharaan dan pengamanan yang kurang sempurna, serta peminjaman atau
pemakaian arsip oleh pimpinan atau oleh satuan organisasi lainnya, yang jangka
waktunya lama, sehingga arsip lupa dikembalikan kepada unit kearsipan.
3.
Arsip selalu berkembang secara
terus-menerus ke dalam bagian kearsipan tanpa diikuti dengan penyusutan
sehingga tempat penyimpanan arsip tidak mencukupi .
4.
Tatakerja kearsipan yang tidak mengikuti perkembangan
ilmu kearsipan terkini karena para pegawai kearsipan yang tidak cakap dan
kurangnya bimbingan yang teratur dari pihak pimpinan dan para ahli kearsipan.
5.
Peralatan
atau fasilitas pengelolaan arsip
yang tidak memadai, tidak mengikuti perkembangan teknologi informasi, karena
kurangnya dana yang tersedia, serta pegawai kearsipan yang tidak profesional.
6. Kurangnya
kesadaran para pegawai
terhadap peran penting arsip bagi organisasi atau lembaga, sehingga sistem
penyimpanan, pemeliharaan dan perawatan arsip kurang mendapat perhatian yang
semestinya.
1.1 Azaz
Pengelolaan Arsip
Dalam pengelolaan arsip dikenal tiga azas yitu azas
sentralisasi, azas desentralisasi dan azas kombinasi antara sentralisasi dan
desentralisasi.
1.
Sentralisasi
Sentralisasi dalam
pengelolaan arsip berarti penyimpanan arsip yang dipusatkan di satu unit kerja
khusus yang lazim disebut Sentral Arsip atau Pusat Arsip. Dengan sentralisasi
arsip maka semua surat-surat kantor yang sudah selesai diproses akan disimpan
di Sentral Arsip.
Kelebihan
azas Sentralisasi :
a.
Ruang dan peralatan arsip dapat dihemat
b.
petugas dapat mengkonsentrasikan diri khusus pada pekerjaan kearsipan
c.
kantor hanya menyimpan satu arsip saja sedang duplikasinya dapat dimusnahkan
d. sistem
penyimpanan dari berbagai macam arsip dapat
diseragamkan
Kelemahan
azas Sentralisasi :
a. azas ini
hanya efisien dan efektif untuk organisasi yang kecil
b.
tidak semua jenis arsip dapat disimpan dengan satu sistem penyimpanan yang
seragam
c. unit kerja
yang memerlukan arsip akan memakan waktu lebih lama untuk memperoleh arsip yang
diperlukan.
2.
Azas Desentralisasi
Azas desentralisasi
dalam pengelolaan arsip berarti semua unit kerja mengelola arsipnya
masing-masing. Dalam hal ini semua unit kerja dapat menggunakan sistem
penyimpanan yang sesuai dengan ketentuan unit yang bersangkutan. Untuk
organisasi yang besar dengan ruang kantor yang terpisah-pisah letaknya, sistem
penyelenggaraan arsip secara desentralisasi sangat sesuai diterapkan.
Kelebihan
azas desentralisasi :
a.
Pengelolaan arsip dapat dilakukan sesuai kebutuhan unit kerja masing-masing
b.
keperluan akan arsip mudah dipenuhi karena berada pada unit kerja sendiri
c.
penanganan arsip lebih mudah dilakukan karena arsipnya sudah dikenal dengan
baik.
Kelemahan
Azas Desentralisasi :
a.
penyimpanan arsip tersebar di berbagai lokasi sehingga dapat menimbulkan
duplikasi arsip yang disimpan
b. kantor
harus menyediakan peralatan dan perlengkapan arsip di setiap unit kerja
sehingga penghematan sarana sukar dijalankan
c.
penataran dan latihan kearsipan perlu diadakan karena petugas umumnya bertugas
rangkap dan umumnya belum mempunyai pendidikan kearsipan
d. kegiatan
pemusnahan arsip harus dilakukan di setiap unit kerja dan ini merupakan
pemborosan.
1. Kombinasi
Azas Sentralisasi dan Desentralisasi
Azas
kombinasi dalam pengelolaan arsip berarti menggabungkan azas sentralisasi dan
desentralisasi sekaligus. Azas ini diterapkan dalam rangka mengatasi kelemahan
yang ada pada azas sentralisasi dan azas desentralisasi yang sering dijumpai
dalam pengelolaan arsip di perkantoran. Dalam penerapan azas kombinasi,
pengelolaan arsip aktif dilakukan secara desentralisasi, sedangkan arsip
inaktif dikelola secara sentralisasi.
2.3 Pengelolaan Arsip Saat ini
Pada dasarnya terdapat lima macam sistem penyimpanan arsip
(filing system), yaitu sistem abjad, sistem subjek, sistem kronologis
(tanggal), sistem nomor, dan sistem wilayah (geografis). Pada penyimpanan arsip
yang didasarkan atas sistem abjad, pemberian kode arsip disesuaikan dengan
urutan abjad. Kode abjad tersebut diindeks dari nama orang, organisasi atau
badan lain yang sejenis. Sistem subjek berarti sistem penyimpanan arsip dengan
mendasarkan pada perihal surat atau pokok isi surat. Dalam penerapan sistem ini
perlu ditentukan terlebih dahulu pokok masalah yang dihadapi sehari-hari.
Masalah tersebut kemudian
diklasifikasikan menjadi masalah utama (main subject), sub masalah (sub
subject) dan sub-sub masalah (sub-sub subject). Untuk memperlancar penerapan
sistem subjek ini perlu dibuat indeks subjek.
Penyimpanan
arsip dengan sistem kronologis adalah penyimpanan yang didasarkan atas tanggal
surat atau tanggal penerimaan surat. Untuk surat masuk, penyimpanannya
didasarkan atas tanggal penerimaan surat. Tetapi untuk surat keluar, arsipnya
disimpan berdasarkan tanggal yang tertera pada surat.
Penyimpanan arsip dengan sistem nomor berarti penyimpanan yang didasarkan atas
nomor atau kode yang berupa angka-angka. Pada sistem nomor ini dikenal sistem
terminal digit dan sistem klasifikasi desimal. Adapun sistem penyimpanan arsip
dengan sistem wilayah berarti penyimpanan arsip tersebut dikelompokkan berdasarkan
atas wilayah-wilayah tertentu, misalnya pulau, propinsi, kota, dan sebagainya.
2.4 Pengelolaan Arsip
Dengan Menggunakan Sistem Otomasi
Pengelolaan arsip menggunakan sistem otomasi merupakan
sistem kearsipan yang menggunakan sarana pengolahan data secara elektronik
dengan memanfaatkan fasilitas komputer dan teknologi informasi lainnya. Potensi
teknologi yang serba canggih telah memberikan peluang untuk melakukan kegiatan
otomasi arsip. Melalui otomasi kearsipan ini mengandung konsekuensi bahwa klasifikasi
atau pengelompokkan arsip menjadi kompleks. Arsip elektronik dapat terjadi atas
bermacam-macam pengelompokkan dalam berbagai format dan berbagai media
penyimpanan.
Penggunaan media otomasi arsip bukan saja menjamin
efisiensi, tetapi juga mampu atau
mengembangkan kebutuhan duplikasi apabila hal itu diperlukan. Pengiriman,
pemrosesan, penyimpanan dan penemuannya kembali informasi dapat dilakukan
melalui sistem yang bekerja secara cepat. Bila kesemuanya telah diperhitungkan
dengan masak dan kemudian secara teknis dapat memenuhi kebutuhan otomasi, maka
berbagai kemudahan akan dapat diberikan kepada pengguna informasi baik dalam
jumlah besar maupun sedikit. Bahkan kebutuhan akan jenis informasi tertentu
yang sangat rinci akan dapat dipenuhi dan juga layanan sistem manual dapat diganti dengan
sistem otomasi tersebut. Pada sistem kearsipan yang sudah otomasi, semua
pengelompokkan atau klasifikasi arsip dapat disatukan ke dalam satu database
dan dapat dapt ditempuh “jalan pintas” untuk meningkatkan kecepatan dalam
memperoleh informasi. Otomasi memungkinkan informasi disusun dalam berbagai
macam pola sesuai dengan berbagai kebutuhan calon pengguna. Otomasi dapat
mengumpulkan secara cepat berbagai informasi yang penyimpanannya terpisah
melalui indexing yang tepat dan canggih.
Sistem pengarsipan otomatis telah berkembang sehingga
mempunyai banyak variasi dan membawa kemudahan dalam melaksanakan tugas-tugas
kearsipan. Untuk kantor-kantor yang memerlukan pelayanan yang cepat dengan volume arsip yang tinggi, penggunaan alat
modern tentu akan meringankan atau mempermudah pengelolaan arsip.
2.5 Beralih ke
Document Imaging
Pemanfaatan teknologi modern dalam mengelola arsip di
berbagai negara maju telah dimulai sejak lama. Salah satu teknik yang digunakan
oleh mereka di antaranya adalah dengan sistem document imaging. Pengertian
istilah ini dalam bahasa Inggris adalah sebagai berikut.
Document
imaging is the process of scanning pages or importing files into a database
that will display the scanned page and ASCII text on the sreen for later
viewing.
Dalam kaitan ini, pengguna database mesti men-scan atau
“mengimpor” file
yang
nantinya diharapkan dapat ditelusur dan ditemukan kembali dalam database
tersebut pada saat diperlukan kemudian. Dengan demikian, hal itu sangat
memudahkan dan mempercepat pengelolaan kearsipan. Program ini memungkinkan
pengguna dapat mengindeks, menelusur dan menemukan kembali (retrieval) secara
full-text dokumen yang dikelolanya. Contoh merk document imaging yang telah
beredar di pasaran, antara lain Adaptec, Canon, Fujitsu, JVC, Laserfiche,
Liberty, Panasonic, Plextor, Ricoh, Sony, UMAX, Yamaha, dan lain-lain.
Berikut
ini dikemukakan beberapa alasan, mengapa document imaging perlu dilakukan dalam
pengelolaan arsip secara modern. Pada prinsipnya dengan teknik tersebut dapat
menghemat anggaran yang cukup besar bila dibandingkan dengan pengelolaan arsip
dengan sistem filing yang tradisional (traditional paper filing system). Di
antara alasannya adalah :
1.
Jika diperhitungkan dari segi biaya maka
biaya langsung terbesar yang diperlukan pada pengelolaan arsip secara
konvensional adalah biaya pekerja/petugas arsip yang harus menangani
pencarian/penelusuran, pengiriman dan penempatan kembali arsip di tempat
penyimpanan semula. Paling tidak kegiatan tersebut juga memerlukan waktu yang
tidak sedikit. Bila untuk mencari sebuah arsip saja memerlukan 15 menit,
berarti akan dibutuhkan waktu lebih banyak lagi untuk melakukan kegiatan
pengelolaan arsip berikutnya (mengirimkan, menggandakan, menempatkan kembali,
dst). Pendeknya bisa dibayangkan jika seorang petugas arsip harus mengelola
jumlah arsip yang cukup banyak maka mereka tentu akan menghabiskan biaya, waktu
dan tenaga yang tidak sedikit.
2. Biaya
untuk mengindeks dokumen ketika pertama kali dokumen tersebut ditangani sebagai
arsip yang akan disimpan masih lebih kecil bila dibanding dengan biaya untuk
membayar aktifitas penyimpanan (mem-file) arsip secara fisik pada tempat penyimpanan yang memadai
dan mendistribusikannya.
3. Cukup
besar biaya yang dapat dihemat karena semua orang yang bertugas dalam unit
kearsipan dapat menempatkan dokumen tanpa bantuan atau dukungan pengetahuan
individual yang terlalu rumit. Dalam unit kearsipan, biasanya seseorang
dianggap penting atau bernilai (valuable) karena yang bersangkutan mengetahui
segala sesuatu tentang arsip yang dikelolanya. Ketika orang tersebut tidak
bekerja lagi disitu, maka perusahaan akan kerepotan mencari penggantinya atau
harus melatih orang baru yang akan menangani arsip tersebut. Terkadang waktu
yang diperlukan (sebagai masa transisi) untuk itu tidak sebentar, yakni bisa
berbulan-bulan. Dengan sistem document imaging memungkinkan seseorang mampu
menangani arsip secara cepat meskipun ia baru mencoba dalam kesempatan yang
pertama kalinya.
4. Sistem
document imaging memiliki kemampuan pengendalian akses yang lebih aman
dibanding dengan menyimpan dokumen pada filling cabinet. Seseorang tidak dapat
mengakses suatu dokumen kecuali yang bersangkutan mempunyai hak akses ke
pangkalan data atau tercantum pada direktori yang ada di dalamnya. Sistem
penyimpanan dokumen (the repository) dalam program tersebut dapat mengontrol
setiap penelusuran dan temu kembali yang dilakukan oleh user address dan nama
tertentu.
5. Dengan
sistem document imaging memungkinkan banyak orang mengakses suatu dokumen yang
sama secara cepat dalam waktu yang bersamaan.
Hal ini dapat untuk mendukung kegiatan konferensi pada suatu ruangan yang sama ataupun
dapat digunakan banyak pihak yang sedang berpartisipasi dalam pertemuan tingkat
dunia sekaligus.
6. Sistem
penyimpanan dokumen memungkinkan lembaga atau perwakilannya melalui orang yang
ditunjuk atau yang diberi hak untuk dapat mengakses dokumen/file dari luar
kantornya (tempat yang jauh).
7. Perwakilan lembaga
atau pemerintah dapat menelusur secara simultan dari berbagai server tempat
penyimpan dokumen di setiap lokasi yang dikehendakinya.
8. Banyak
keuntungan lain yang dapat diperoleh dari penggunaan sistem tersebut
2.6 Beberapa
Pertimbangan Pentingnya Sistem Otomasi Arsip
Untuk mempercepat penemuan kembali arsip yang berada dalam
kumpulan jumlah arsip yang banyak, baik yang baru tersimpan maupun yang sudah
tersimpan lama, penggunaan komputer sangat banyak membantu. Teknologi komputer
yang berkembang saat ini telah memungkinkan penyimpanan keseluruhan tulisan
yang terdapat pada suatu dokumen secara lengkap, atau penyimpanan data tertentu
saja, tergantung kepada kebutuhan dan kemampuan komputer yang dipergunakan.
Sejalan dengan uraian di atas, maka menurut Amsyah (1991) dalam merencanakan
manajemen kearsipan secara modern atau otomasi kearsipan perlu dipertimbangkan
hal-hal sebagai berikut :
1.
Apakah arsip yang dikelola jumlahnya
banyak dan terus berkembang secara cepat. 2. Apakah
arsip yang akan dikelola dengan sistem modern memang merupakan informasi yang
masih dipergunakan dan perlu disimpan karena bernilai guna tinggi.
3. Apakah
yang akan ditangani adalah arsip baru yang akan diterima, atau termasuk pula
arsip lama yang masih termasuk jenis arsip aktif, inaktif, statis, atau arsip
yang sudah akan dimusnahkan. Hal ini perlu dipertimbangkan karena pengelolaan
secara modern biasanya dimulai sesudah institusi mempunyai koleksi arsip yang
banyak, bukan pada waktu institusi baru mulai berdiri.
4. Untuk
institusi baru maka arsip yang akan dikelola secara modern haruslah arsip
penting dan arsip vital yang baru diterima ataupun akan diterima.
5. Perlu
dipertimbangkan apakah seluruh arsip akan dimasukkan ke komputer atau document
imaging system, atau cukup data tertentu saja. Jika hanya data tertentu saja,
apakah perlu disertakan pula ringkasan (abstrak) dari isi dokumen yang
bersangkutan.
6. Pada
umumnya untuk kepentingan pembuktian, dokumen asli tetap masih disimpan, walau
seluruh isinya sudah dimasukkan dalam komputer sekalipun. Demikian pula dokumen
yang memang hanya data tertentu saja yang di-file dalam komputer, niscaya fisik
asli dokumen bersangkutan harus tetap disimpan menurut sistem yang disesuaikan
dengan kode yang diprogramkan melalui komputer.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Kaitanya dengan pengelolaan arsip pada suatu lembaga, baik
lembaga pemerintah maupun lembaga swasta sudah saatnya melakukan perubahan
dalam kegiatan pengelolaan arsip. Dimulai dari penggunaan sistem otomasi arsip
yang diperuntukkan bagi kemudahan pengelolaan, penataan atau penyimpanan dan
yang tidak kalah pentingnya adalah untuk temu kembali arsip.
3.2 Saran
saat ini sudah saatnya tiap arsip memiliki dokumen dalam
bentuk image atau gambar sebagai pengganti arsip yang akan disimpan
dalam almari arsip, dalam rangka kemudahan dalam temu kembali arsip. Sistem
otomasi memungkinkan dokumen gambar dapat disimpan dalam database sistem
otomasi, sehingga meringankan tugas arsiparis dalam mengelola arsip dan juga
temu kembali secara cepat, tepat dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Rosyid Budiman (2009). Dasar Pengelolaan Arsip Elektronik. Yogyakarta : Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah.
Monika Nur Lastiyani (2008) Manajemen Arsip Elektronik. www.bacaanonline.com/manajemen-arsip-elektronik-monika-nur-lastiyani, diunduh pada tanggal 27 April 2011
Surya Pradana (2009) Keunggulan Pengelolaan Arsip Elektronik. http://surya-pradhana.blogspot.com/2009/06/keunggulan-kearsipan-elektronik.html diunduh pada tanggal :28 April 2011
Syihabuddin Qalyubi dkk (2003) Dasar-dasar ilmu perpustakaan dan informasi. Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga
Monika Nur Lastiyani (2008) Manajemen Arsip Elektronik. www.bacaanonline.com/manajemen-arsip-elektronik-monika-nur-lastiyani, diunduh pada tanggal 27 April 2011
Surya Pradana (2009) Keunggulan Pengelolaan Arsip Elektronik. http://surya-pradhana.blogspot.com/2009/06/keunggulan-kearsipan-elektronik.html diunduh pada tanggal :28 April 2011
Rabu, 30 Januari 2013
PERILAKU BULLYING DI DALAM PERGAULAN SISWA
Bullying
adalah kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang yang dilakukan
seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahakan diri
dalam situasi dimana ada hasrat untuk melukai atau menakuti orang atau membuat
orang tertekan, trauma, depresi , tidak berdaya. Bullying bisa terjadi
dimana-mana, seperti terjadi pada situasi dimana pengawasan yang kurang dari
orang dewasa, seperti di kamar mandi sekolah, jalan masuk kelas dan tempat
bermain.
Ada
tiga faktor yang dapat menyebabkan perilaku bullying. Pertama adalah dari
hubungan keluarga. Anak akan meniru berbagai nilai dan perilaku anggota
keluarga yang ia lihat sehari-hari sehingga menjadi perilaku yang ia anut
(hasil imitasi). Kemudian yang kedua adalah dari teman sebaya. Salah satu faktor
besar dari perilaku bullying adalah teman sebaya yang memberikan pengaruh
negative dengan cara menyebarkan ide bahwa bullying bukanlah suatu masalah
besar dan merupakan suatu hal yang wajar untuk dilakukan. Dan yang terakhir
adalah pengaruh media. Survey yang dilakukan memperlihatkan bahwa 56,9% anak
meniru adegan –adegan film yang ditontonnya.
Dampak
dari bullying dapat dirasakan baik dari pelaku, korban, maupun saksi dari
bullying itu sendri. Pelaku bullying yang berasal dari tingkat SD dapat menjadi
penyebab perilaku kekerasan pada jenjang pendidikan berikutnya. Cenderung
berperilaku agresif, terlibat dalam gank serta aktivitas kenakalan lainnya dan
kasus kriminal menginjak usia remaja. Bagi korban, ia akan memiliki masalah
emosi, akademik yang menurun, cenderung memiliki harga diri rendah, lebih
merasa tertekan, cemas, dan tidak aman. Sedangkan saksi akan mengalami perasaan
yang tidak menyenangkan dan mengalami tekanan psikologis yang berat, dimana
mereka terancam dan ketakutan akan menjadi korban selanjutnya.
Pencegahan
masalah kekerasan siswa disekolah (bullying) harus dimulai dari segala arah
mulai dari keluarga, sekolah, dan pemerintah dengan kebijakan media massa
terutama film-film hiburan yang syarat akan kekerasan. Semua pihak harus
bertanggung jawab terhadap bullying termasuk guru, orang tua dan murid itu
sendiri. Bullying akan berkurang bila anggota sebuah komunitas bekerja sama
untuk membangun sebuah budaya yang peduli positif dalam melibatkan orang dewasa
dalam penanggulangan dan pencegahan serta mendidik siswa-siswi kita untuk bisa
menjadi pribadi yang bisa menghadapi situasi yang menjurus ke bullying.
Langganan:
Postingan (Atom)